TUGAS ( ILMU SOSIAL DASAR)

TUGAS 1

-DEFINISI INDIVIDU
Individu merupakan unit terkecil pembentuk masyarakat.Dalam ilmu sosial, individu berarti juga bagian terkecil dari kelompok masyarakat yang tidak dapat dipisah lagi menjadi bagian yang lebih kecil. Sebagai contoh, suatu keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah merupakan individu dalam kelompok sosial tersebut, yang sudah tidak dapat dibagi lagi ke dalam satuan yang lebih kecil.

Pada dasarnya, setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda. Individu yang saling bergabung akan membentuk kelompok atau masyarakat. Individu tersebut akan memiliki karakteristik yang sama dengan kelompok dimana dirinya bergabung.

-DEFINISI PEMUDA
Berbagai definisi berkibar akan makna kata pemuda. Baik ditinjau dari fisik maupun phisikis akan siapa yang pantas disebut pemuda serta pertanyaan apakah pemuda itu identik dengan semangat atau usia. Terlebih kaitannya dengan makna hari Sumpah Pemuda.

Princeton mendefinisikan kata pemuda (youth) dalam kamus Webstersnya sebagai “the time of life between childhood and maturity; early maturity; the state of being young or immature or inexperienced; the freshness and vitality characteristic of a young person”.


Sedangkan dalam kerangka usia, WHO menggolongkan usia 10 – 24 tahun sebagai young people, sedangkan remaja atau adolescence dalam golongan usia 10 -19 tahun. Contoh lain di Canada dimana negara tersebut menerapkan bahwa “after age 24, youth are no longer eligible for adolescent social services”

-DEFINISI KELUARGA
Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta "kulawarga". Kata kula berarti "ras" dan warga yang berarti "anggota".Keluarga adalah lingkungan di mana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah.

Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut.

-DEFINISI KELUARGA
Masyarakat (sebagai terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk sebuah sistem semi tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata "masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.

Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran, perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut, manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.

Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat agrikultural tradisional.

Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat masyarakat band, suku, chiefdom, dan masyarakat negara.

Kata society berasal dari bahasa latin, societas, yang berarti hubungan persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang berarti teman, sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit, kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.

DEFINISI KEBUDAYAAN
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.

Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.

Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

-Hubungan Keluarga dan Masyarakat
Masyarakat merupakan satuan lingkungan sosial yang bersifat makor. Aspek teritorium kurang ditekankan. Namun aspek keteraturan sosial dan wawasan hidup kolektif memperoleh bobo yang lebih besar. Kedua aspek itu munjuk kepada derajat integrasi masyarakat karena keteraturan esensial dan hdup kolektif ditentukan oleh kemantapan unsur – unsur masyarakat yang terdiri dari pranat, status, dan peranan individu. Variabel – variabel tersebut dipakai dalam mengkaji dan menjelaskan fenomena masyarakat menurut persepsi makro.

Peranan-peranan dari setiap anggota keluarga merupakan resultan dari relasi biologis, psikologis, dan sosial. Relasi khusus oleh kebudayaan lingkungan keluarga dinyatakan melalui bahasa (adat-istiadat, kebiasaan, norma-norma, bahkan nilai-nilai agama sekalipun). Masalah kekerabatan seperti adanya marga dan keluarga besar banyak dibahas dalam antropologi, yang menunjukkan kelakuan dan tindakan secara tertib dan teratur dalam berbagai deferensi peran dan fungsinya melalui proses sosialisasi atau internalisasi.

-Peranan mahasiswa dimasyarakat
Mahasiswa sebenarnya masyarakat yang sedang menjalani pendidikan formal guna menjadi lebih berguna dan lebih berarti kelak nantinya. Mahasiswa dapat sangat berguna di masyarakat jika ilmu yang dimilikinya diterapkan langsung. Berikut adalah beberapa peran mahasiswa di masyarakat :

1. Sumber Informasi
Dengan berbagai macam disiplin ilmu yang dimiliki, mahasiswa mampu memberikan informasi yang
menguntungkan bagi masyarakat.
2. Memberi Contoh Baik
Seorang mahasiswa yang baik pasti akan memberikan contoh yang baik pada lingkungan sekitar tempat dimana dia menetap. Semua pendidikan formalnya akan mampu membuat dirinya mampu memberi contoh (tutur kata, tingkah laku) yang baik bagi masyarakat sekitar.
3. Penyelamatan Lingkungan
Sekarang sudah banyak gerakan-gerakan untuk menghijaukan bumi. Dimana diantaranya adalah dari sekelompok mahasiswa yang prihatin dengan kondisi saat ini (global warming).
4. Gerakan Reformasi
Kita ingat peristiwa penggulingan kekuasaan mantan presiden alm. Soeharto. Banyak orang yang berdemo untuk menuntut penurunan kekuasaan Soeharto, dan kebanyakan adalah dari golongan mahasiswa.
Diantara contoh diatas, masih banyak contoh lain yang dapat ditemukan di masyarakat secara langsung.


-PENDIDIKAN, PEMBINAAN GENERASI MUDA

DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
i
A. PENDIDIKAN DAN PEMBINAAN GENERASI MUDA
Pembangunan dibidang pendidikan, sebagaimana ditentukan da¬lam Garis-garis Besar Haluan Negara, didasarkan atas falsafah negara Pancasila dan dlarahkann untuk membentuk manusia-manusia pemba¬ngunan yang ber Pancasila dan untuk membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan ketram- pilan, dapat mengembangkan kreatifitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat me-ngembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia. sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mewujudkan pengembangan pendidikan dan ilmu penge¬tahuan, diusahakan penambahan, fasilitas-fasilitas dengan prioritas yang tepat dan disesuaikan dengan kemampuan pembiayaan, baik yang bersumber dari Negara maupun dari masyarakat sendiri.
Guna melaksanakan apa yang telah ditentukan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara tersebut, selama Repelita II telah, diusahakan penanganan yang lebih mendasar terhadap masalah-masalah pen¬didikan sehingga dapat diberikan unsur-unsur yang cukup untuk meneruskan jiwa dan nilai-nilai 45 kepada generasi muda.

Hal ini diusahakan antara lain dengan menggariskan serang-kaian kebijaksanaan pokok sebagai berikut : ¬

(1). Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar berhubung de- ngan laju pertambahan kelompok-kelompok usia anak didik dan

lulusan yang berbakat yang mencari tempat di tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
(2). Pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan pada semua tingkat dan jenis pendidikan.
(3). Pengembangan sistim pendidikan yang lebih serasi (relevan) de¬ngan pembangunan,
(4). Pemantapan pendidikan di luar sistim sekolah (pendidikan non formal) dan usaha-usaha pembinaan generasi muda.
(5). Pengembangan efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan sehingga dapat diandalkan untuk melaksanakan pembaharuan pendidikan.
Laporan perkembangan yang akan diuraikan selanjutnya, men-cakup masa sejak tahun terakhir Repelita I (1973/74) sampai, de¬ngan tahun keempat Repelita II (1977/78). Di samping itu dilapor¬kan pula hasil-hasil pembangunan yang diperkirakan akan dapat di¬capai sampai dengan tahun 1978/79 yakni tahun terakhir Repelita II.
a. Perluasan dan pemenataan kesempatan belajar


Perluasan daripemerataan kesempatan belajar sebagai penerapan azas keadilan sosial di bidang pendidikan tetap dipusatkan terutama pada tingkat Sekolah Dasar dalam rangka memungkinkan tertam¬pungnya 85% dari anak kelomppk usia 7-12 tahun pada akhir Repe-lita II. Hal ini dilakukan melalui peningkatan penaliangunan dan rehabilitasi gedung sekolah termasuk SD Swasta, dan Madrasah Ibtidaiyah (Swasta). Di tingkat pendidikan lanjutan, terutama pada SMP, SMA, dan SPG, dilakukan pula kegiatan penambahan ruang kelas baru dan pembangunan sekolah baru.
Dalam pada itu pembebasan Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) untuk kelas I sampai dengan kelas VI SD serta peningkatan jumlah pemberian beasiswa untuk pelajar dan mahasiswa terutama yang berasal dari keluarga yang kedudukan ekonominya lemah me¬rupakan rangsangan dan dorongan kepada mereka untuk melanjut¬kan dan menyelesaikan pendidikannya dengan berhasil.

Usaha perluasan kesempatan belajar di luar sekolah telah lebih dimantapkan, antara lain dengan mengembangkan bahan-bahan pe- lajaran praktis secara lebih terarah serta meningkatkan efisiensi dari berbagai jenis kursus ketrampilan.


b. Peningkatan mutu pendidikan

Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan telah diterapkan kurikulum baru, peningkatan kemampuan tenaga guru dan pembi-naan melalui berbagai kegiatan penataran dan penyediaan buku pelajaran serta perpustakaan, peralatan laboratorium dan peralatan kerja praktek.. Selanjutnya dunia usaha telah makin banyak mem-bantu antara lain dengan memberikan fasilitas latihan keterampilan bagi para pelajar dan mahasiswa di tempat-tempat perusahaan dan bengkel kerja.
Khusus tentang mutu pendidikan teknik peningkatannya telah dimantapkan dengan telah terselenggaranya 5 Pusat Latihan Pendi-dikan Teknik dan diperlengkapinya sejumlah STM dengan peralatan yang memadai.
Demikian pula di bidang pendidikan tinggi berbagai usaha telah dilakukan yang pada dasarnya-menunjang peningkatan mutu pendi-dikan, yaitu pelaksanaan program doktor di dalam dan di luar negeri untuk memenuhi keperluan tenaga pengajar. dan peneliti yang ber-tnutu tinggi; melanjutkan pengiriman tenaga akademis ke luar negeri untuk jangka pendek pendayagunaan dan peningkatan kemampuan penelitian perbaikan iklim studi dan lain sebagainya.
c. Pembinaan relevansi pendidikan
Relevansi pendidikan menyangkut kesesuaian sistim pendidikan dengan kebutuhan-kebutuhan pembangunan, antara lain dengan mem-perhatikan segi-segi keperluan tenaga kerja untuk pembangunan, pe-nunjangan terhadap pengembangan dunia usaha dan perkembangan masyarakat yang sedang membangun pada umumnya. Sistim pendi-dikan yang lebih dikaitkan dengan kebijaksanaan pengembangan ke-sempatan kerja meliputi pula peningkatan prakarsa lapangan kerja
sendiri oleh para lulusan sekolah dan universitas sasuai dengan arah pengembangan generasi muda yang sanggup berdiri sendiri. Untuk itu antara lain terus dikembangkan pendidikan kejuruan dan teknik sehingga menghasilkan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pemba¬ngunan. Demikian pula ditingkatkan partisipasi dunia usaha dalam kegiatan pendidikan antara lain slengan memberikan kesempatan ber-¬ praktek bagi pelajar dan mahasiswa.
Khususnya pada tingkat pendidikan tinggi lebih banyak perhatian diberikan pada macam dan tahap keahlian yang tidak mensyaratkan gelar sarjana (sub-profesional). Dalam pada itu peningkatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dimaksudkan sebagai kegiatan yang bermanfaat untuk memantapkan relevansi pendidikan dengan pembangunan dan perkembangan masyarakat..

d. Pemantapan pendidikan di luar sekolah dan pembinaan genenasi muda
Pembinaan generasi muda erat pertaliannya dengan usaha-usaha pendidikan di sekolah maupun di luar sekolah. Pendidikan di luar sekolah memberikan kesempatan untuk memperoleh pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar. Di samping itu usaha memelihara aksarawan dan memghasilkan aksarawan baru atas dasar " bekerja dan belajar untuk menambah penghasilan" telah lebih dimantapkan pola pengembangannya. Dalam rangka ini termasuk pengembangam ketram¬pilan khusus untuk wanita sehingga dapat meningkatkan kesejahtera¬an kehidupan keluarga.
860
Pengembangan kehidupan berorganisasi di kalangan generasi muda dilakukan baik di lingkungan sekolah dan kampus maupunn di kalangan masyarakat luas termasuk dalam kepramukaan atau organi¬sasi kepemudaan lainnya. Demikian pula diberikan kesempatan untuk memanfaatkan waktu secara produktif dan memperslapkan diri untuk tanggung jawab yang lebih besar di masa. mendatang, sekaligus me-ningkatkan partisipasi mereka dalam proses pembangunan. Untuk ini diusahakan peningkatan fasilitas latihan ketrampilam, latihan kepe-mimpinan, rekreasi, olah raga dan kesempatan pengabdian kepada masyarakat.

e. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pangelolaan pendidikan
Organisasi pengelolaan pendidikan telah ditingkatkan antara lain dengan penetapan susunan organisasi dan tata kerja segenap satuan pelaksana lengkap dengan perincian tugasnya baik di pusat maupun di daerah pemantapan pembagian tugas dan tanggung jawab fungsionil di bidang pendidikan dan peningkatan pengawasan serta penilikan kegiatan pendidikan baik dalam arti teknis maupun yang menyangkut segi administrasi keuangan.


2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan


(1) Pembinaan Pendidikan Dasar

Prioritas yang utama dalam pembinaan pendidikan ditujukan pada perluasan kesempatan belajar pada Sekolah Dasar. Hal ini me-ngingat bahwa menjelang akhir Repelita I (tahun ajaran 1973) jumlah murid SD seluruhnya ternyata adalah 13,1 juta, termasuk,sekitar II,4 juta murid umur 7 - 12 tahun yang berarti bahwa baru hanya 55% dari keseluruhan 20,7 juta anak kelompok usia 7 - 12 tahun ter¬tampung pada S.D. Usaha perluasan kesempatan belajar yang telah dimulai sejak akhir Repelita I (triwulan IV tahun 1973/74) ialah agar sekitar 85 oro dari kelorrtpok usia 7 - 12 tahun dapat bersekolah pada SD dalam tahun 1978, yaitu dengan menyediakan tempat .belajar untuk 20,9 juta murid, di dalamnya 19,6 juta murid berumur 7 12 tahun atau 85% dari seluruh anak umur 7 - 12 tahun yang berjumlah 23,0 juta. Hal ini pada dasarnya berarti penyediaan tambahan sejuaah 7,8 juta tempat belajar pada SD.
Usaha penyediaan tambahan tempat belajar pada SD telah di-lakukan sejak akhir tahun 1973/74 melalui Program Bantuan Pem-bangunan Sekolah Dasar (Inpres SD). Dalam rangka ini sejak akhir tahun 1973/74 sampai dengan tahun 1977/78 telah dibangun 16 ribu buah gedung SD baru (6 ruang kelas). Kegiatan ini akan dilanjutkan dalam tahun 1978/79 dengan pembangunan 15 ribu buah gedung SD sehingga selama Repelita II dilakukan pembangunan 31 ribu gedung SD masing-masing dengan 6 ruang kelas. Di samping itu selama Repe-


lita, II dilaksanakan Pula pembangun 15 ribu ruang kelas baru pada SD yang sudah ada serta rehabilitasi 56 ribu gedung SD Negeri, SD swasta dan Madrasah Ibtidaiyah swasta. Dengan demikian sampai dengan tahun 1977/78 penyediaan tambahan tempat belajar pada SD mencapai 5,6 juta, sedangkan sampai dengan akhir Repelita II (1978/79) keseluxuhannya akan menjadi lebih dari.8,0 juta tambahan tempat belajar (termasuk sekitar 200.000 tempat belajar atau 850 ge-dung SD terutama untuk keperluan khusus di daerah-daerah transmi-grasi pemukiman baru dan daerah-daerah yang mengalami bencana malam yang tujuannya tidak terutama untuk perluasan kesempatan bela-jar tetapi untuk segera memenuhi kembali kebutuhan fasilitas pendidik¬an dasar di daerah-daerah tersebut. Dengan demikian penyediaan tam-bahan tempat belajar untuk memungkinkan pertambahan 7,8 juta murid pada SD dipenuhi pada tahun 1979.
Sejak tahun 1973, jumlah murid SD telah bertambah dengan sekitar 6,1 juta, yaitu menjadi sekitar 19,2, juta dalam tahun 1978, sedangkan pada akhir Repelita II (tahun 1978/79) diperkirakan akan menjadi 20,8 juta termasuk di dalamnya 19,8 juta murid umur 7 – 12 tahun, yang-berarti 85,2% dari keseluruhan anak umur 7 - 12 tahun yang berjumlah 23,2 juta.
Perluasan, pemerataan dan pemantapan-kesempatan belajar pada SD disertai, pula dengan usaha peningkatan mutu pendidikannya, ter-utama melalui penambahan dan penataran guru pengadaan buku pe-lajaran dan buku bacaan/perpustakaan serta paningkatan kegiatan pengawasan (supervisi) oleh para penilik sekolah.
Untuk memenuhi keperluan guru dan tenaga lainnya sejalan, dengan pembangunan gedung-gedung SD tersebut di atas, sejak tahun 1973/74, telah dilaksanakan pengangkatan guru-guru dan tenaga lain-nya. Selama Repelita II telah dilakeanakan pengangkatan 224 ribu guru SD termasuk 31 ribu guru agama. Dengan demikian sasaran Repelita II sejumlah 189.000 tambahan/penggantian tenaga guru dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang ada.
Selama Repelita II direncanakan. untuuk memberikan penataran kepada semua guru (yang semula diperkirakan 525.000 guru) dalam

¬

rangka penggunaan buku pelajaran pokok baru yang telah dibakukan. Sampai dengan tahun 1977/78 1,2 juta tenaga guru telah mendapat¬kan penataran dan sekitar 390 ribu orang guru lagi direncanakan akan diberikan penataran pada tahun 1978/79. Dengan demikian selama Repelita II telah diberikan penataran terhadap 634 ribu guru SD sesuai dengan mata pelajaran pokok yang ditugaskan kepada mereka ntasing-masing.
Jumlah buku pelajaran pokok (Ilmu Pengetahuan Alam, Mate matika, Ilmu Pengetahuan sosial dan Bahasa Indonesia) yang telah dicetak dan dibagikan kepada semua SD (Negeri dan Swasta) sampai dengan tahun 1977/78 telah barjumlah 193,2 juta. Dalam tahun 1978/79 direncanakan akan dicetak lagi sejumlah 55,6 juta. Dengan demikian selama Repelita II telah dapat disediakan 248 juta buku pelajaran sehingga sasaran Repelita II yakni pengadaan buku pela¬jaran pokok sejumlah 179 juta akan dapat dilampaui.
Di samping buku pelajaran, telah diusahakan pula pengadaan buku bacaan/perpustakaan untuk SD (Negeri dan Swasta). Selama Repelita II direncanakan setiap SD memperoleh 100 judul setiap¬ tahapnya. Dalam pelaksanaannya penyediaan 100 judul setiap sekolah itu dilakukan setiap tahun. Sampai dengan tahun 1977/78 telah dise-diakan hampir, 37 juta buku bacaan untuk SD sedangkan dalam tahun 1978/79 direncanakan penyediaan sebanyak lebih dari 8 juta buku perpustakaan. Dengan demikian selama Repelita II telah dapat disediakan 45 juta buku bacaan kanak-kanak untuk perpustakaan SD.
Sementara ltu Sampai dengan tahun 1977/78 pembinaan pendi-dikan Taman Kanak-kanak dilakukan antara lain melalui pengadaan sebanyak 63 ribu buku kurikulum TK dan 120 ribu buku pedoman guru. Sejalan dengan penyempurnaan kurikulum, dilakukan penataran terhadap lebah dari 2 ribu guru dan pembinaan TK. Di samping itu alat-alat peraga untuk Taman Kanak-kanak telah disediakan sebanyak 3.161 set. Dalam rangka pembinaan mutu, telah didirikan TKK Pem¬bina sebanyak 7 sekolah yang akan diselesaikan sepenuhnya dalam tahun 1978/79.¬
Seperti halnya juga dengan Taman Kanak-kanak, Sekolah Luar Biasa (SLB) pertama-tama ditekankan terutama pada pembinaan

kurikulum dan penataran guru serta pembina. Selama lima tahun dapat disiapkan naskah kurikulum sebanyak 33 buah dan 59 buah pedoman guru. Penataran guru dan pembina SLB selama jangka waktu lima tahun meliputi 790 guru dan pembina. Selanjutnya alat-alat pendidikan yang telah disediakan berjumlah 616 set. Kecuali itu 39 Sekolah Luar Biasa (SLB) telah direhabilitasi di samping pembangunan sebuah SLB baru.

(2) Pembinaan Pendidikan Lanjutan Tingkat Pertama.
Sesuai dengan Repelita II pengembangan pendidikan tingkat lanjutan pertama (SLTP) bertujuan pertama-tama untuk meningkatkan mutu Sekolah Menengah Pertama, (SMP) yang disertai dengan per¬luasan daya tampungnya sehubungan dengan meningkatnya lulusan SD.
Jumlah keseluruhan murid SMP yang pada tahun ajaran 1973 ter-catat sejumlah 1.207.000 (pada tahun 1974 sebanyak 1.328.000) telah meningkat menjadi sekitar 2.144.000 pada tahun 1978. Sedangkan jumlah murid SLTP secara keseluruhan (SMP dan sekolah-sekolah teknik/kejuruan tingkat lanjutan pertama) adalah 1.536.000 pada, tahun 1973 (1.961.000 pada tahun 1974) telah meningkat menjadi 2.555.000 pada tahun 1978. Hal ini berarti bahwa pertambahan jumlah murid SLTP selama 4 tahun pertama Repelita II mencapai 864.000 murid termasuk pertambahan murid SMP sejumlah 816.000. Dengan demikian perkiraan aemula bahwa sedama Repelita II pertam¬bahan jumlah murid pada SLTP adalah sejumlah 520.000 sudah terlampaui dengan 66%, sedangkan kalau hanya dihitung dengan pertambahan murid SMP saja sudah terlampaui dengan 57%. Pada tahun 1979 jumlah murid SMP diperkirakan akan mencapai 2.420.000.
Mengenai jumlah lulusan SD yang dapat ditampung pada SLTP dapat dicatat bahwa dalam tahun 1974 jumlah tersebut adalah 665.000 lulusan SD atau 58% dari keseluruhan 1.139.000 lulusan SD 1973. Sedangkan dalam tahun 1978 jumlah itu adalah 924.000 lulusan SD atau 64% dari keseluruhan 1.444.000 lulusan SD 1977.
Perluasan daya tampung tersebut terutama dimungkinkan mela¬lui pembangunan gedung baru SMP sejumlah sekitar 800 buah
(dengan rata-rata 10 ruang kelas). Sebagai usaha pemanfaatan fasi-litas belajar yang telah ada telah pula diperbaiki kembali 1.526 gedung SMP.
Perluasan kesempatan belajar pada SMP telah ditunjang dengan pengangkatan guru baru sebanyak 24.000 orang. Direncanakan pada tahun 1978/79 akan diangkat sebanyak 6.000 guru, baru lagi. Hal ini berarti bahwa perkiraan Repelita II untuk mengangkat 30.000 guru pada SMP dapat dipenuhi yaitu sebagai hasil pendidikan regu-ler IKIP sejumlah 12.000 dan pendidikan tambahan khusus 1 tahun yang terbuka untuk lulusan SMA (PGSLP) sejumlah 18.000.
Peningkatan mutu pendidikan SMP terutama telah diusahakan melalui penataran guru, penyediaan buku pelajaran pokok dan secara khusus melengkapi semua SMP dengan ruang-ruang laboratorium IPA beserta peralatannya.
Sejak tahun 1974/75 sampai: dengan 1977/78 telah ditatar 10.361 guru SLTP termasuk 1.301 kepala sekolah dan 1.457 guru SMP terutama dalam bidang IPA dan Matematika. Pada tahun 1978/79 direncanakan penataran guru SMP sejumlah 2.922 orang. Usaha penataran guru tersebut di atas secara efektif telah ditunjang oleh 9 Balai Penataran Guru (BPG) yang dalam tahun 1978/79 akan di¬tambah dengan 5 BPG lagi.
Jumlah buku pelajaran pokok yang telah disediakan mulai tahun 1974/75 sampai dengan tahun 1977/78 adalah 18.392.000, dan di-rencanakan 21.608.000 buku untuk, tahun 1978/79 sesuai dengan perkiraan selama Repelita'II untuk menyediakan 40 juta buku pela-jaran pokok pada SMP.
Peningkatan mutu pada SLTP telah pula dimantapkan dengan berlakunya kurikulum 1975 yang telah disebar-luaskan sejumlah 12.792 set.
Peningkatan mutu SMP telah pula secara khusus diusahakan melalui pengadaan ruang-ruang laboratorium IPA beserta peralatan- nya, yaitu pada sejumlah .1.509 SMP dan direncanakan pada tahun 1978 / 79 untuk 300 SMP.

Akhirnya mutu dan relevansi pendidikan SMP telah pula ditun-jang sejak tahun 1974/75 sampai dengan 1977/78 dengan penyedia-an buku perpustakaan/bacaan rata-rata 127 judul tiap tahunnya sehingga telah mencapai sekitar 2,9 juta buah, penyediaan alat ke¬trampilan lebih dari 3 ribu set (rata-rata 2 kali penyediaan selama 4 tahun); dan alat kesenian dan olahraga sajumlah 4.360 set.

TUGAS 2
-Tawuran antar pelajar
Sebelum pelajar SMA 6 tawuran dengan wartawan, mereka sebelumnya terlibat tawuran dengan pelajar SMA 70 Jakarta. Tawuran antar pelajar di Jakarta bukan kali ini saja terjadi. Ditengarai tawuran ini kerap muncul lantaran kurangnya kegiatan pembauran antar sekolah.

"Bukan mencari kambing hitam, tetapi salah satu penyebab tawuran adalah karena selama ini, pemerintah khususnya bidang pendidikan saya anggap selalu hanya melakukan mendukung acara pertandingan antar sekolah khususnya olah raga," kata Abimanyu Wachjoewidajat, alumnus SMA 6 Jakarta, dalam surat elektroniknya, Rabu (21/9/2011).

Menurut dia, pertandingan antar sekolah tanpa disadari selalu menyulut dendam dan emosi di pihak yang kalah. Sayangnya, tidak ada acara apa pun setelah pertandingan-pertandingan semacam itu digelar guna membuat semua pihak melupakan siapa yang menang atau kalah. Padahal acara ini penting agar para pelajar yang berkompetisi dalam pertandingan, bisa kembali dalam kebersamaan.

"Pemerintah juga tidak pernah membuat pembauran antar sekolah misal membuat proyek-proyek gabungan beberapa sekolah (futsal, basket, voli, karya-karya teknologi, biologi, kimia dan lain-lain) di mana dengan pembauran tersebut, maka masing-masing sekolah yang terlibat justru akan bersatu demi kebersamaan, dan tidak ada lagi persaingan antar sekolah. Solusi semacam ini sangat laik dipikirkan (kalau pemerintah mampu dan mau)," tutur pria yang juga pengamat telematika ini.

Abimanyu mengatakan, SMA 70 adalah sekolah yang lahir dari penggabungan SMA 9 dan SMA 11. Penggabungan kedua SMA ini membuat SMA 70 saat itu memiliki siswa sebanyak 6.000 orang. "Ini berarti kedua terbesar di dunia untuk suatu SMA," ucap pria yang akrab disapa Abah ini.

Jika SMA 6 juga digabung dengan SMA ini, menurutnya, SMA itu akan menjadi yang terbesar di dunia. "Lalu apakah itu prestasi? Tidak sama sekali. Ini bukan partai, ini lembaga pendidikan yang tentu tidak akan efektif dan kembali akan menghadapi kasus tawuran. Bila SMA 6 diubah menjadi tempat bisnis (mal atau apa pun), bayangkan betapa beruntungnya pebisnis tersebut," tuturnya.

Bagi Abah, solusi terbaik bukan dengan menggabungkan kedua SMA itu untuk meniadakan tawuran kedua sekolah itu, namun dengan membuat kegiatan pembauran antar sekolah. Dengan begitu pelajar antar sekolah akan lebih memiliki kebersamaan.

Diketahui sebelumnya, wartawan dan SMA 6 Jakarta terlibat bentrok di depan SMA tersebut pada Senin (19/9) kemarin. Menurut Kadiv Humas Polda Metro Jaya Kombes Pol Baharudin Djafar, 5 wartawan menjadi korban dan 7 siswa SMA 6 menjadi korban.

Aksi ini bermula saat wartawan Trans7 mengalami penganiayaan saat melakukan aktivitas jurnalistik pada Jumat (16/9). Reporter Oktaviardi mengambil gambar saat anak-anak SMA 70 dan SMA 6 tawuran di sekitar kawasan Blok M.

Oktaviardi kemudian dikeroyok oleh sejumlah siswa berseragam tersebut. Tak hanya dikeroyok, kaset rekaman berisi tawuran antar pelajar itu pun ikut dirampas.

hanya membawa dampak negatif bagi pelajar maupun warga sekitar tempat tawuran tersebut. Belakangan ini banyak terjadi tawuran akibat masalah sepele antar siswa, yang berujung permasalahan sekolah. Banyak juga pelajar yang tewas akibat tawuran tersebut. tawuran juga membuat nama sekolah menjadi kurang baik di mata masyarakat.

Solusi
solusi yang harus diusahakan agar tidak terjadi lagi tawuran antar siswa, adalah diberlakukannya tata tertib setelah berada di luar sekolah bukan hanya di dalam sekolah saja. seperti saat para pelajar masih menggunakan seragam, tidak diperbolehkan berkeliaran di area umum, agar tak terjadi hal semacam itu lagi.

TUGAS 3
-DEMO MAHASISWA
Unjuk rasa menolak kedatangan Wakil Presiden Boediono di Kendari, Sulawesi Tenggara, Rabu (12/10) ricuh. Polisi memaksa mundur mahasiswa yang berusaha mendekati bekas lapangan MTQ yang menjadi tempat acara Wapres Boediono. Sejumlah mahasiswa bahkan diseret karena menyelinap di lintasan yang akan dilalui Wapres dan rombongan menuju rumah jabatan Gubernur Sulawesi Tenggara.

Akibatnya, aksi saling dorong antara aparat kepolisian dan mahasiswa tak terhindarkan lagi. Dua mahasiswa ditangkap karena dianggap memicu keributan. Para demonstran menilai bahwa pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono dan Wapres Boediono telah gagal. Mereka menuding Wapres terlibat kasus Bank Century.

Wapres Boediono berada di Kendari untuk meresmikan kegiatan Teknologi Tepat Guna.

~ Kamis, 13 Oktober 2011 0 komentar